MENJADI ORANG TUA YANG TIDAK SELFISH
Parents • 09 April 2022
Smart FM : 7 April 2022
Apa yang dimaksud dengan Selfish?
Selfish adalah sifat mementingkan diri sendiri, hanya memikirkan kesenangan dan keuntungan pribadi. Orang yang selfish kurang bisa memperhatikan orang lain dan seringkali tidak bisa ikut merasakan keprihatinan yang dirasakan orang lain.
Apakah salah ketika kita memperhatikan kepentingan diri kita?
Menjadi Selfish tidak selamanya salah. Ada kalanya Selfish (tepatnya: Self Compassion) diperlukan untuk kesehatan mental, emosional dan kesehatan tubuh, karena tidak selamanya kita bisa terus memberi dan memperhatikan orang lain namun melupakan kebutuhan dan kepentingan pribadi kita.
Seperti Apakah Parents yang mementingkan diri sediri ?
Sering sebagai orang tua, kita tanpa sadar mengarahkan anak-anak kita untuk meraih suatu prestasi atau melakukan sesuatu dengan dalih demi kepentingan dia, untuk masa depannya, padahal sesungguhnya di dalam diri kita, ada terbersit suatu ‘niat ; untuk menyelamatkan ‘muka' kita sendiri sebagai orang tua.
Misal : demi kebanggaan kita, demi supaya kita tidak mendapat malu dan niat lain yang sesungguhnya adalah ‘demi’ diri kita, tapi kita berdalih demi anak kita.
Contoh kasus.
« Kamu harus rajin dan dapat nilai bagus, Kalau kamu malas dan nilaimu jelek, malu lah bunda. Apa kata orang nanti ? Dikira bunda nggak ngajarin kamu. »
« Kamu tidak boleh bergaul dengan si A, karena dia perokok »
« Kamu jangan bawa si B ke rumah, karena kelakuannya tidak baik »« Jangan berbangga-bangga dulu dapat nilai segitu, bunda dulu dapat …. »
Kalimat-kalimat seperti contoh di atas sering disampaikan oleh Parents, kepada anak-anaknya.
Kemudian dengan enteng Parents akan bersembunyi dibalik kalimat "kan semua itu juga demi kebaikan mereka, kalau mereka pinter, nilainya bagus, mudah dapat kerja, kan mereka juga yang untung.”
Demi Anak? Benarkah?
Dari contoh pernyataan-pernyataan di atas, memang jika tidak diperhatikan dengan lebih seksama, Parents memang tampaknya mengutamakan kepentingan anak.
Yang menjadi pertanyaan, bila itu memang untuk kepentingan anak, mengapa anak banyak yang menentang dan tidak menuruti apa yang dianjurkan orang tuanya?
Hal itu disebabkan karena sebenarnya “alam bawah sadar anak menangkap ‘maksud tersembunyi/dalih’ demi anak yang disampaikan Parents, sebetulnya bukan demi dirinya, tapi demi orang tuanya.
“Nilaiku bagus kan supaya orang tuaku nggak malu, aku nggak boleh bergaul dengan SI A, B atau C adalah karena orang tuaku takut aku menjadi perokok dan orang tuaku malu kalau aku jadi perokok.”
Apakah yang sebaiknya dilakukan?
· Parents perlu melakukan introspeksi diri, apakah selama ini sudah lebih banyak memenuhi kebutuhan anak, atau masih banyak mengutamakan gengsi.
· Pahami kebutuhan anak sesuai tahapan perkembangan nya agar parents bisa memberikan support yang tepat.
· Ada baiknya Parents sering meneliti diri sendiri :Saat aku menganjurkan, memerintah atau melarang anakku melakukan sesuatu, itu adalah demi kepentingan anakn atau kepentingan Parents?
· Bina hubungan yang lebih erat dengan anak berdasarkan ketulusan dan keterbukaan.
· Dengan mengubah kalimat yang semula :” Kalau nilai kamu bagus kan bunda jadi bangga.”Menjadi :” Kalau nilai kamu bagus kamu pasti puas hasil usahamu tidak sia-sia dan kamu bisa bangga dengan pencapaianmu itu, ehm…bundapun juga akan ikut senang dan bangga.”
· Menganjurkan anak bekerja dan melakukan segala sesuatunya dengan motivasi internal.
· Mengajari anak untuk memotivasi dan mendorong dirinya sendiri
· Menyarankan anak mengambil jurusan tertentu di sekolah atau saat kuliah, apakah sudah dipertimbangkan, sesuai atau tidak dengan kepribadian anak? Atau hanya didasari pertimbangan orang tua, agar kelak anaknya dapat pekerjaan yang 'baik', namun baik di sini adalah baik menurut padangan dan kriteria orang tua.
Mari menjadi parents yang memahami kepentingan anak yang sebebarnya dan bukan kepentingan kita yang kita katakan sebagai kepentingan anak.