Kisah Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar
Dongeng • 01 Maret 2022
Dahulu kala di Aceh, hiduplah seorang gadis yang cantik jelita. Orang-orang di desa itu tahu bahwa gadis itu tidak hanya memiliki paras yang elok, tapi juga rajin dan sangat menyayangi keluarganya.
Kecantikan gadis tersebut terdengar sampai ke negeri di seberang lautan. Pada suatu hari datang seorang pemuda yang berasal dari suatu negeri yang jauh. Ia meminang gadis itu menjadi isterinya. Orang tua si gadis menganggap pemuda itu pantas untuk si gadis. Mereka menerima pinangan pemuda itu dan memberi restu walaupun mereka tahu bahwa setelah menikah, anak gadis mereka akan pergi mengikuti suaminya kembali ke negeri asalnya.
Pesta pernikahan berlangsung meriah dan dihadiri segenap kerabat si gadis. Beberapa hari kemudian, si pemuda meminta ijin untuk membawa isterinya pulang ke negeri asalnya.
Si gadis tahu bahwa ia harus mengikuti suaminya, namun ia merasa berat hati meninggalkan keluarganya. Tiap hari ia memikirkan orang tua dan keluarga yang akan ditinggalkannya.
Sebelum pasangan pengantin baru itu berangkat, ayah si gadis berpesan, “Nak, jaga dirimu selama di perjalanan. Jadilah istri yang baik dan setia di rumah suamimu.” Ayahnya menambahkan, “Ayah mengerti, kamu merasa berat meninggalkan keluargamu di sini, tapi kau sudah menikah dan harus mengikuti ajakan suamimu untuk tinggal di tempat asalnya. Ingatlah, kuatkan hatimu, apa pun alasannya, jangan sekali-kali kau menoleh ke belakang. Kalau kau menoleh, kau akan berubah menjadi batu.”
Pasangan suami istri itu pun meninggalkan desa dan memempuh perjalanan jauh ke seberang lautan. Mereka berjalan menembus hutan lebat dan mendaki bukit. Mereka kemudian sampai di tepi danau Laut Tawar. Mereka naik sebuah sampan untuk menyeberangi danau itu. Selama dalam perjalanan, si gadis sama sekali tidak menoleh ke belakang, walaupun ada keinginan untuk melihat desa dan keluarganya sekali lagi.
Sampan bergerak perlahan menyeberangi danau. Tiba-tiba si gadis sayup-sayup mendengar suara yang sangat dikenalnya mememanggil-manggil, yaitu suara ibunya. “Ibu?” katanya dalam hati. Hatinya berkecamuk, ia tahu ia telah meninggalkan ibunya di rumah dan mereka telah menempuhn perjalanan yang cukup jauh. Ibunya tidak mungkin ada di tempat itu. Tapi suara ibunya didengarnya makin lama makin kuat. Gadis itu menoleh ke belakang untuk melihat ibunya. Seketika ia berubah menjadi batu.
Sang suami terkejut melihat istrinya berubah menjadi batu. Rasa sedih tiada tara melanda pemuda itu. Meskipun istrinya telah menjadi batu, ia tak mau meninggalkannya. Ia pun memohon kepada Yang Maha Kuasa agar selalu dapat bersama-sama dengan pujaan hatinya itu. Permohonanya dikabulkan. Pemuda itu berubah menjadi batu.
Sekarang sepasang batu itu berada di tepi danau Laut Tawar. Mereka berdiri berdampingan seperti kuatnya rasa cinta di antara mereka berdua.
(BS RPI 27022022)